Bunga telah menjadi salah satu alat komunikasi nonverbal sejak beradab-adab yang lalu. Karakteristik bunga yang beragam membuatnya mampu mewakili berbagai macam perasaan termasuk kesedihan. Penyebab kesedihan bisa bermacam-macam mulai dari kematian, pengkhianatan, cinta tak terbalas, kegagalan, kehilangan, dsb.
Ada sejumlah alasan mengapa jenis bunga tertentu disebut bunga lambang kesedihan. Selain warna, habitat, mitos, dan beberapa aspek lain menjadikan bunga tertentu memiliki kesan yang sedih. Jika berniat memberikan bunga untuk mengungkapkan kesedihan, Anda perlu menyimak pembahasan singkat mengenai sepuluh bunga lambang kesedihan berikut.
Bunga Bakung
Dari rupanya yang elok dan aromanya yang menenangkan, bunga bakung sering diasosiasikan dengan kesedihan. Salah satu faktor yang memengaruhinya adalah tradisi dalam agama Kristen. Mereka percaya bahwa bunga bakung adalah penjelmaan air mata Hawa yang telah dibuang ke bumi. Dengan demikian, bunga bakung ikut melambangkan kesedihan dan nestapa.
Bunga bakung terbiasa tumbuh di area terpencil dan di balik keteduhan (bayangan). Alhasil, muncullah kesan melankolis dan duka cita pada bunga ini. Kesedihan akan cinta tak terbalas juga bisa dilambangkan dengan bunga bakung. Pada abad pertengahan banyak kesatria sengaja memakai bunga bakung sebagai bentuk kesetiaan pada wanita yang tidak membalas cinta mereka.
Anggrek
Dalam salah satu mitologi Yunani kuno, diceritakan bahwa seorang anak lelaki bernama Orchis memperkosa seorang gadis lalu dibunuh oleh Dionysius. Ayah Orchis yang sangat berduka memohon pada para dewa agar anaknya dihidupkan kembali. Sebagai jawaban atas permohonan tersebut, Orchis diubah menjadi bunga.
Anggrek putih yang diletakkan di peti atau makam berfungsi untuk menghormati almarhum. Sedangkan anggrek putih yang diberikan kepada anggota keluarga dimaknai sebagai dukungan dan simpati. Intinya, anggrek memiliki dua fungsi yaitu menghormati orang mati dan mengobati kesedihan anggota keluarga yang ditinggalkan.
Chrysanthemum
Dari sekian banyak makna yang diusung bunga ini, ternyata chrysanthemum bisa dipakai sebagai simbol kesedihan yang mendalam. Sejumlah negara seperti Tiongkok dan Jepang menganggap chrysanthemum sebagai simbol kematian sehingga dipakai untuk menghias makam dan digunakan dalam ritual lainnya.
Dalam hal kematian, simbol kesucian pada bunga chrysanthemum dianggap sebagai bentuk kehormatan bagi orang yang sudah tiada. Proses pemakaman itu sendiri adalah sebuah perpisahan dengan orang terkasih yang harus dihadapi dengan tabah. Chrysanthemum yang mekar lebih lambat di akhir musim gugur/awal musim semi menguatkan kesan sedih dan akhir dari sesuatu.
Dahlia
Sama seperti anggota famili Asteraceae lainnya, bunga dahlia lebih mengandalkan bentuk dan warna daripada aromanya. Dahlia termasuk bunga populer untuk pemakaman karena dikaitkan dengan kehilangan, kematian, dan kegelapan.
Bunga dahlia berwarna gelap biasanya melambangkan hal negatif dibandingkan dahlia berwarna cerah. Contohnya adalah “dahlia hitam” yang sebenarnya berwarna “dark burgundy” atau merah anggur pekat. Dahlia hitam adalah jenis dahlia yang warnanya paling gelap dan kerap dipakai untuk mewakili emosi negatif seperti kesedihan dan pengkhianatan.
Hyacinth Ungu
Berdasarkan sebuah mitologi Yunani, “Hyacinth” adalah nama seorang remaja Yunani yang tampan. Dua dewa yaitu Apollo dan Zephyr sama-sama menyayangi pemuda tersebut. Ketika Apollo mengajarkan cara melempar cakram kepada Hyacinth, Zephyr merasa iri. Akhirnya Zephyr menghancurkan cakram tersebut yang kemudian membunuh Hyacinth. Dari darahnya lalu muncul bunga yang Apollo beri nama Hyacinth.
Selain menjadi bunga lambang kesedihan, hyacinth ungu juga melambangkan duka, penyesalan, iri hati, serta kebencian. Di sisi lain, hyacinth ungu digunakan oleh beberapa orang sebagai lambang pengampunan atas kesalahan orang lain.
Iris Biru
Nama “iris” kemungkinan dipakai sebagai bentuk penghormatan masyarakat Yunani kuno kepada Dewi Iris yang menggunakan pelangi untuk menghubungkan surga dan bumi. Bunga iris sering dihubungkan dengan karakter-karakter dalam mitologi, dunia lain, langit yang tak terbatas, dan Bunda Maria. Jika digabungkan menjadi satu, iris biru melambangkan kesedihan, duka cita, dan nestapa.
Sebagai penghormatan, iris biru biasa ditanam di tempat pemakaman almarhum wanita. Dalam proses ini, iris biru akan memandu roh tersebut menuju akhirat. Tangkai iris biru yang tinggi dan kelopaknya yang lembut mendukung kekhidmatan acara pemakaman.
Di samping itu, bunga ini juga bertindak sebagai pelipur lara bagi keluarga almarhum. Aroma bunga iris dipercaya memiliki memiliki sifat terapeutik yang bermanfaat untuk mengatasi kecemasan dan stres. Tidak hanya itu, iris biru juga membawa pesan mengenai harapan dan kekuatan ketika menghadapi kehilangan.
Lily
Selain kesucian, lily putih juga melambangkan transisi dari kehidupan ke kematian dan roh orang yang akan menuju ke alam baka. Bentuknya yang mirip terompet dikatakan mirip dengan terompet malaikat Jibril yang mengumumkan kelahiran dan kematian Nabi Isa. Sementara itu, aroma bunga lily dipercaya mampu memberikan penghiburan bagi mereka yang sedang berduka. Karena alasan inilah, lily putih dipakai untuk menunjukkan kesedihan.
Mawar Hitam
Mawar hitam dalam bahasa bunga merupakan simbol dari kematian yang datang terlalu cepat. Oleh karena itu, tidak heran kalau banyak orang menggunakan mawar hitam sebagai ungkapan duka cita. Faktanya, mawar hitam bukanlah hasil dari pertumbuhan alami (faktor biologis). Pendeknya, mawar hitam yang ada saat ini adalah mawar yang diwarnai menjadi hitam (tinted).
Ada juga mawar hitam yang diawetkan (preserved black rose). Dengan proses gliserin khusus, mawar ini tidak akan mengering. Mawar jenis ini tidak hanya tampak segar, tetapi juga mampu bertahan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tergantung keadaan. Beberapa orang sudah berupaya membudidayakan mawar hitam secara alami. Namun, warna yang dihasilkan tidak sepenuhnya hitam melainkan campuran dari warna merah dan ungu.
Magnolia
Pada zaman dahulu, masyarakat Tiongkok sering memakai magnolia untuk menghormati orang yang sudah meninggal. Sejumlah karya seni dan literatur ikut mendukung peran magnolia sebagai bunga lambang kesedihan. Pada karya-karya tersebut, magnolia memang melambangkan kecantikan dan kesucian. Akan tetapi, di baliknya tersimpan rasa kehilangan dan kesedihan.
Sebaliknya, magnolia di negara Jepang melambangkan kekuatan dan kemampuan bertahan dalam menghadapi kesulitan. Ketika bersedih atau merasakan rasa sakit dan penderitaan lain, orang terdekat pasti menginginkan Anda untuk segera bangkit. Bunga magnolia yang diberikan pada seseorang yang sedih mengandung harapan bahwa orang tersebut bisa memulai lembaran baru dan tumbuh menjadi lebih baik setelah menghadapi masa sulit.
Wisteria
Salah satu ciri khas bunga wisteria adalah tumbuh menjuntai ke bawah. Dari jauh, wisteria jadi terlihat seperti sedang menangis. Sebuah legenda asal Korea mengisahkan dua wanita bersaudara yang mencintai pria yang sama. Karena keduanya tidak ingin berebut cinta pria tersebut, kakak beradik tersebut memutuskan untuk bunuh diri bersama. Salah satunya lalu berubah menjadi tangkai, sedangkan saudara yang lain menjadi bunga wisteria.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa wisteria melambangkan kesedihan dan pengorbanan. Menyedihkan bukan? Namun, bunga ini juga melambangkan kemauan untuk hidup (harapan) meski telah kehilangan seseorang. Hal ini diekspresikan dengan tangkai bunga yang kuat dan mampu tumbuh dan bertahan hidup di segala tempat asalkan tidak ada suhu dingin yang ekstrem. Ironisnya, karena kemampuannya ini wisteria dianggap sebagai tanaman pengganggu di sejumlah wilayah.
Salah satu representasi wisteria dalam literatur adalah pada novel terkenal Harry Potter. Jika diperhatikan lebih teliti, ada area bernama “Wisteria Walk” di sekitar rumah paman dan bibi Harry Potter. Walaupun Vernon dan Petunia Dursley adalah sanak kandung terdekat Harry, tetapi keduanya secara tidak langsung telah membuangnya. Bisa dibayangkan betapa merananya Harry Potter karena tidak dianggap sebagai manusia sebelum akhirnya mengetahui bahwa ia adalah penyihir.
